Mengenal Pemeriksaan Visual Acuity

Pernahkah Anda mempelajari Coding dalam ICD-10 khususnya Chapter VII? Khusunya nanti pada kategori H54 kita akan bertemu bahasan \”Visual Impairment\”. Di sana maka kita diarahkan pada sebuah tabel. Sebelum mengenal lebih lanjut tabel ini, kita juga musti kenal dengan yang namanya Snellen Chart untuk mengukur ketajaman visual yang dilakukan para Opthalmologist.

The table below gives a classification of severity of visual impairment recommended by the Resolution of the International Council of Ophthalmology (2002) and the Recommendations of the WHO Consultation on “Development of Standards for Characterization of Vision Loss and Visual Functioning\” (September 2003)

For characterizing visual impairment for codes H54.0 to H54.3, visual acuity should be measured with both eyes open with presenting correction if any. For characterizing visual impairment for codes H54.4 to H54.6, visual acuity should be measured monocularly with presenting correction if any.

If the extent of the visual field is taken into account, patients with a visual field of the better eye no greater than 10° in radius around central fixation should be placed under category 3. For monocular blindness (H54.4), this degree of field loss would apply to the affected eye.

Category Presenting distance visual acuity
Worse than: Equal to or better than:
0 Mild or no visual impairment 6/18

3/10 (0.3)

20/70

1 Moderate visual impairment 6/18

3/10 (0.3)

20/70

6/60

1/10 (0.1)

20/200

2 Severe visual impairment 6/60

1/10 (0.1)

20/200

3/60

1/20 (0.05)

20/400

3 Blindness 3/60

1/20 (0.05)

20/400

1/60*

1/50 (0.02)

5/300 (20/1200)

4 Blindness 1/60*

1/50 (0.02)

5/300 (20/1200)

Light perception
5 Blindness No light perception
9 Undetermined or unspecified
* or counts fingers (CF) at 1 metre.

Note: The term visual impairment in category H54 comprises category 0 for mild or no visual impairment, category 1 for moderate visual impairment, category 2 for severe visual impairment, categories 3, 4 and 5 for blindness and category 9 for unqualified visual impairment. The term \”low vision\” included in the previous revision has been replaced by categories 1 and 2 to avoid confusion with those requiring low vision care.

Untuk mengukur ketajaman dengan Snellen Chart, berikut uraiannya:

  1. Pasien diberi jarak dari Snellen Chart sejauh 5 meter atau 6 meter atau 20 kaki (denominatornya akan berbeda untuk setiap jarak yang digunakan. Seringkali digunakan jarak 5 meter.)
  2. Tingkat mata pasien dengan Snellen Chart harus sejajar dan lurus.
  3. Pasien diminta untuk menutup satu mata dengan okluder, atau bila tidak ada, dengan telapak tangan, bukan dengan jari karena dapat menekan mata. Biasanya yang ditutupi mata kiri dahulu, atau mata yang bermasalah dahulu, agar pasien tidak menghafal huruf yang ada di chart.
  4. Pasien diminta untuk membaca huruf yang ditunjuk oleh dokter. Catat denominator pada baris terakhir yang masih bisa dibaca oleh pasien. Bila pasien bisa membaca semua huruf sampai denominator 20, berarti ketajaman matanya normal (5/5 atau 6/6 atau 20/20).
  5. Bila mata pasien masih kabur saat membaca Snellen Chart, gunakan pinhole untuk mengetahui apakah matanya kabur karena kelainan refraksi atau kelainan lain (contoh: katarak). Pasien yang memiliki kelainan refraksi akan lebih jelas membaca chart saat menggunakan pinhole.
  6. Bila Pasien sama sekali tidak bisa melihat huruf di chartnya dari atas, akan dilakukan pemeriksaan lanjutan, yaitu hitung jari hingga lambaian tangan.
  7. Pemeriksaan hitung jari dimulai dari jarak 5 meter terlebih dahulu. Dokter mengacungkan jari diposisikan lurus dari pandangan pasien, kemudian pasien diminta untuk memberitahu dokter berapa jumlah jari yang diacungkan. Bila pasien dapat menyebutkan jumlah jari dengan benar, skornya adalah 5/60.
  8. Bila pasien masih tidak bisa melihat, maju 1 meter. Bila masih tidak bisa, maju 1 meter lagi, dan begitu seterusnya hingga jarak antara dokter dan pasien hanya 1 meter. Skornya secara berurutan menjadi 4/60, 3/60, 2/60 dan 1/60.
  9. Bila setelah pemeriksaan hitung jari dari jarak 1 meter pasien masih tidak bisa menyebut dengan benar, dilakukan pemeriksaan lambaian tangan.
  10. Pemeriksaan lambaian tangan dilakukan dari jarak 1 meter dan dilakukan dengan cara dokter melambaikan tangannya dari kea rah tertentu kemudian meminta pasien untuk memberitahu ke arah mana gerakan tangannya. Bila pasien bisa menyebut dengan benar, skornya menjadi 1/300.
  11. Pemeriksaan selanjutnya yang biasa dilakukan adalah persepsi cahaya.
  12. Dokter memakai senter yang dinyala-matikan secara acak kemudian meminta pasien untuk memberitahu apakan senternya menyala atau tidak.
  13. Bila pasien dapat membedakan nyala dan matinya senter, dilanjutkan dengan meminta pasien untuk menentukan sumber cahaya.
  14. Dokter mengarahkan sinar senter dari arah tertentu dekat mata pasien, kemudian pasien diminta untuk memberitahu dari arah mana cahayanya datang.

img-20140205-wa00051.jpg800×362 70.7 KB

Pinhole

Black-occluder-short.jpg800×640 15.5 KB

Okluder

Snellen Chart

Sumber:
Kuliah, Praktik Skill,
https://meded.ucsd.edu/clinicalmed/eyes.htm32

Sumber Gambar:
www.imedicalapps.com13
optometrynotebook.files.wordpress.com4

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top