Anak-anak itu tak selamanya kecil. Pada saatnya mereka akan tumbuh menjadi dewasa, mandiri dan berkeluarga. Kalau mereka sudah menikah, tak ada lagi kesempatan bagi kita untuk meniupkan balon, bermain petak umpet, membacakan buku cerita, atau mewarnai bersama. Betapa pun inginnya kita, tak ada lagi waktu yang tepat untuk membuatkan telur ceplok dan menyuapi mereka seraya bercanda dan memuji gambar-gambarnya yang lucu yang lebih menyerupai benang kusut dan lidi berserakan.
Sungguh, kehidupan kita dan anak-anak kadang seperti pusaran nasib yang sedang dipergilirkan. Saat anak kita lahir, mereka sepenuhnya bergantung kepada kita. Mereka benar-benar amat memerlukan kehadiran kita, sentuhan tangan kita, dekapan ikhlas kita, serta kerelaan kita untuk menatapnya penuh cinta. Inilah saat yang berharga untuk anak kita. Tetapi saat inilah yang justru sering kita abaikan karena boleh jadi kita tidak merasa membutuhkan mereka.
Semakin bertambahnya umur, semakin berkurang ketergantungan mereka kepada kita. Mereka mungkin masih memerlukan kita, tetapi karena sudah tidak terlalu tergantung, mereka bisa mengalihkannya kepada orang lain.
Saat usianya memasuki remaja posisi kita semakin lemah mereka lebih mendengar temannya daripada orang tuanya sendiri. Kata-kata orangtua tak lagi berharga kecuali jika kita sudah MENABUNG kedekatan dan penghormatan sejak mereka masih balita
Jika anak-anak itu tidak memiliki penghormatan yang tinggi kepada orangtuanya, maka gurauan teman jauh lebih mereka dengar daripada sapaan paling tulus dari orangtua. Jika anak-anak itu tidak memiliki kepercayaan yang penuh kepada orangtua, maka temannya lebih layak untuk diikuti daripada nasihat paling serius dari orangtua. Mereka akan berontak dari orangtuanya kecuali jika kita selaku orangtua telah MENABUNG kredibilitas, kepercayaan terhadap itikad baik dan ketulusan di mata anak-anak kita…
Mereka yang telah menyemai keyakinan, kebaikan dan kemuliaan, sesungguhnya tetap hidup kebaikannya. Melalui anak-anak yang kuat karakternya, tinggi harga dirinya, besar cita-citanya dan jiwanya senantiasa rindu untuk melakukan amal yang terbaik (ahsanu ‘amala), para orangtua itu sesungguhnya tetap menabung kebaikan meski kafan berselimut kafan. Sesungguhnya tidak ada lagi yang bias diharapkan dari anak-anak sesudah kita mati kecuali keshalihan. Anak-anak shalih yang mendo’akan merupakan harta berharga yang tak dapat digantikan oleh do’a seribu manusia.
Sungguh, waktu kita sangat pendek. Anak-anak kita tak selamanya menjadi balita. Mereka akan tumbuh menjadi kanak-kanak, remaja, dan kemudian dewasa. Hari ini mereka memerlukan kita.
Hari ini mereka amat besar kerinduannya kepada kita. Di antara mereka mungkin ada yang belum kering air matanya karena berharap bisa bercanda, tetapi bapak/ibunya sudah bergegas pergi untuk merebut sebuah kata yang bernama sukses. mereka berlelah-lelah atas nama anaknya, padahal anaknya sedang kelelahan karena menunggu kesempatan untuk bermain bersama bapak/ibunya. Mereka ingin berbincang dan bercanda, meski hanya sebentar. Dua menit saja..